
Gorontalo adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sebelumnya, semenanjung Gorontalo
(Hulontalo) merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan
dengan otonomi daerah di Era Reformasi, provinsi ini kemudian dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember 2000 dan menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia.
Ibukota Provinsi Gorontalo adalah Kota Gorontalo (sering disebut juga Kota Hulontalo) yang
terkenal dengan julukan "Kota Serambi Madinah".
Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi
bagian utara atau di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Utara. Luas wilayah
provinsi ini 12.435,00 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1.097.990 jiwa,
dengan tingkat kepadatan penduduk 88 jiwa/km². Ditengarai, penyebaran Diaspora
Orang Gorontalo telah mencapai 5 kali lipat dari total penduduknya sekarang
yang tersebar di seluruh dunia.
Provinsi Gorontalo berdiri secara resmi sejak
tanggal 22 Desember tahun 2000, melalui penetapan sidang paripurna DPR RI.
Namun sekalipun masih kontroversi, peringatan Hari Lahir Provinsi Gorontalo diperingati
pada tanggal 16 Februari tahun 2001, ditandai dengan dilantiknya Tursandi Alwi sebagai penjabat Gubernur pertama.
Meskipun terbilang muda perihal pemekaran daerah, sebenarnya
Provinsi Gorontalo lebih dahulu dikenal sejak zaman kolonial Belanda dengan
kota-kota tua yang dimilikinya selain Kota Gorontalo (Hulontalo), antara lain:








Pada tahun 2013, Provinsi Gorontalo secara
keseluruhan memiliki 77 kecamatan serta 735 Desa/Kelurahan. Data ini akan terus mengalami perubahan seiring
dengan adanya rencana pemekaran daerah otonom baru (DOB) di Provinsi Gorontalo
yang diprediksi akan selesai pada tahun 2020 mendatang.
Provinsi Gorontalo menjadi salah satu daerah hasil
pemekaran yang terbilang sukses. Seperti halnya daerah lain, Provinsi Gorontalo
pun memiliki berbagai julukan, diantaranya:







Peta Gorontalo
Menurut catatan sejarah, Jazirah Semenanjung
Gorontalo (Gorontalo Peninsula) terbentuk kurang lebih 1300 tahun lalu, dimana
Kerajaan Suwawa telah ditemukan berdiri pada sekitar tahun 700 Masehi atau pada
abad ke-8 Masehi. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya makam para Raja di
tepian hulu sungai Bulawa. Tidak hanya itu, makam Raja Suwawa lainnya dapat
kita temukan di hulu sungai Bone, yaitu makam Raja Moluadu (salah seorang Raja
di Kerajaan Suwawa) bersama dengan makam istrinya dan anaknya.
Namun, sebagai salah satu jazirah tertua di Sulawesi
dan Nusantara, Semenanjung Gorontalo pun tidak hanya memiliki catatan sejarah
pada prasasti makam-makam Rajanya dahulu, melainkan pula memiliki situs
prasejarah yang telah ditemukan. Situs Oluhuta, merupakan sebuah situs
prasejarah dan memiliki makam prasejarah didalamnya. hal ini dapat menjadi
bukti bahwa Gorontalo telah memiliki peradaban yang sangat lampau.
Sementara itu, Kota Gorontalo merupakan salah satu
kota tua di Pulau Sulawesi selain Kota Makassar, Parepare dan Manado. Diperkirakan, Kota Gorontalo sudah terbentuk
sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu atau sekitar tahun 1500-an pada abad
ke-16. Kota Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama
Islam di Kawasan Timur Indonesia, selain Ternate (sekarang bagian dari Provinsi
Maluku Utara) dan Bone (sekarang bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan).
Seiring dengan penyebaran agama tersebut, Kota
Gorontalo akhirnya menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di
wilayah "Tomini-Bocht" seperti Bolaang Mongondow (Sulawesi utara), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara. Hal ini dikarenakan, Kota
Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis, posisinya menghadap langsung ke
Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian
utara).
Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan
Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut
Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan
Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian
dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi
di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan
yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B. Dengan letaknya yang stategis
yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka
pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat
pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling
Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli
dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.
Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo
berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan
Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang
disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :





Berdasarkan klasifikasi adat yang dibuat oleh
Mr.C.Vollenhoven, maka Semenanjung Gorontalo termasuk kedalam 19 wilayah adat
di Indonesia. Antara agama dengan adat di Gorontalo pun menyatu dengan istilah
"Adat bersendikan Syara' dan Syara' bersendikan Kitabullah". Pohalaa
Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol di antara kelima pohalaa
tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal. Asal usul nama
Gorontalo terdapat berbagai pendapat dan penjelasan antara lain :







Jadi asal usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak
diketahui lagi, namun jelas kata "Hulontalo" hingga sekarang masih
hidup dalam ucapan orang Gorontalo dan orang Belanda karena kesulitan dalam
mengucapkannya diucapkan dengan Horontalo dan bila ditulis menjadi Gorontalo.

Sebuah kapal berlayar di Teluk Gorontalo (1870)
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan seorang asisten
Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang
dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi
lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo Lo Pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu :



Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :






Gubernur Jenderal De Graeff yang berparade di jalan-jalan
Gorontalo (1926)
Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :



Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat
Gorontalo dipelopori oleh Bpk H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih dua tahun yaitu
sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan
sendiri. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia
dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional.
Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan
perintis kemerdekaan.
Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa
nasionalisme yang tinggi. Indikatornya dapat dibuktikan yaitu pada saat
"Hari Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan
dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri
masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan
kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia.
Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di
Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap
menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke
Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali
oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi
bagian dari Negara Indonesia Timur.
Sistem Pemerintahan
Pemerintahan di daerah Gorontalo pada masa
perkembangan kerajaan-kerajaan adalah bersifat monarki konstitusional, yang
pada awal mula pembentukan kerajaan-kerajaan tersebut berakar pada kekuasaan
rakyat yang menjelmakan diri dalam kekuasaan Linula, yang sesungguhnya
menurutkan azas demokrasi. Organisasi pemerintahan dalam kerajaan terbagi atas
tiga bagian dalam suasana kerjasama yang disebut "Buatula Totolu",
yaitu :



Olongia Lo Lipu (Maha Raja Kerajaan) adalah kepala
pemerintahan tertinggi dalam kerajaan tetapi tidak berkuasa mutlak. Ia dipilih
oleh Bantayo Poboide dan dapat dipecat atau di mazulkan juga oleh Bantayo
Poboide. Masa jabatannya tidak ditentukan, tergantung dari penilaian Bantayo
Poboide. Hal ini membuktikan bahwa kekuasaan tertinggi dlm kerajaan berada
dalam tangan Bantayo Poboide sebagai penjelmaan dari pd kekuasaan rakyat.

Jogugu Gorontalo
salah satu jogugu pada tahun 1870 sebagai penguasa
tertinggi dalam kerajaan, terdapat pula jabatan tinggi lainnya yaitu
"Patila" (Mangku Bumi) selanjutnya disebut Jogugu. Wulea Lo Lipu
(Marsaoleh) setingkat dengan camat. Disamping Olongia dan pembantu-pembantunya
sebagai pelaksana pemerintahan seharihari terdapat suatu Badan Musyawarah
Rakyat (Bantayo Poboide) yang diketuai oleh seorang Bate. Setiap kerajaan
mempunyai suatu Bantayo Poboide yang berarti bangsal tempat bermusyawarah. Di
dalam bangsal inilah diolah dan dirumuskan berbagai persoalan negeri, sehingga
tugas Bantayo Poboide dapat diperinci sebagai berikut :




Bantayo Poboide dalam menetapkan sesuatu, menganut
musyawarah dan mufakat untuk menghendaki suatu kebulatan suara dan bersama-sama
bertanggung jawab atas setiap keputusan bersama. Demikianlah gambaran singkat
tentang sejarah dan pemerintahan pada kerajaan-kerajaan di Daerah Gorontalo
yang berlandaskan kekuasaan rakyat atau demokrasi.
Pembentukan Provinsi Gorontalo
Terinspirasi oleh semangat Hari Patriotik 23
Januari 1942, maka pada tanggal da bulan yang sama pada tahun 2000, rakyat
Gorontalo yang diwakili oleh Nelson Pomalingo ditemani oleh Natsir Mooduto sebagai ketua
Panitia Persiapan Pembentukan Provinsi Gorontalo Tomini Raya (P4GTR) serta
sejumlah aktivis, atas nama seluruh rakyat Gorontalo mendeklarasikan berdirinya
Provinsi Gorontalo yang terdiri dari Kabupaten
Gorontalo dan Kota Gorontalo terlepas dari Sulawesi Utara. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 10
tahun 1964 yang isinya adalah bahwa Kabupaten
Gorontalo dan Kota Gorontalo merupakan wilayah administrasi dari Propinsi Sulawesi Utara. Setahun kemudian tepatnya tanggal 16 Februari
2001, Tursandi Alwi sebagai Penjabat Gubernur Gorontalo
dilantik.
Lambang Daerah

Lambang Provinsi Gorontalo
- Lambang Daerah Provinsi Gorontalo pada bagian luar berbentuk jantung yang memberi makna kesetiaan sebagai pelindung kehidupan rakyat Gorontalo.
- Lambang Daerah Provinsi Gorontalo pada bagian dalam berbentuk bulat lonjong atau bulat telur yang memberi makna adanya gagasan, ide atau cita-cita yang indah, yang kelak menetas menjadi sesuatu kesejahteraan hidup rakyat Gorontalo.
- Lambang Daerah Provinsi Gorontalo dengan bentuk dalam yang menampakkan keserasian formasi gambar yang terdiri dari warna putih di tengah dan diikuti oleh posisi padi-bintang, kapas-rantai memberi makna adanya keteraturan adat, agama, hukum dalam semua pola kehidupan masyarakat.
- Lambang Daerah Provinsi Gorontalo memiliki nuansa Global :
- Warna biru keunguan adalah warna yang memberi makna tenang, setia dan selalu ingin mempertahankan kebenaran dan harapan masa depan yang cerah.
- Model pohon kelapa yang melengkung memberi makna gerak dinamis dan tidak diam tetapi selalu berbuat untuk masa depan.
- Sayap maleo yang mengembang memberi makna dinamika siap untuk tinggal landas dan siap bersaing.
- Buku yang terbuka melambangkan keinginan masyarakat untuk siap meraih prestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa secara terus menerus.
- Bintang mengandung makna global jika dikaitkan dengan cita-cita yang tinggi yaitu "Gantungkan cita-cita setinggi bintang di langit"
- Pita mempunyai makna keinginan masyarakat Gorontalo untuk menyerap, merekam dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Lambang Daerah Gorontalo memiliki nuansa Nasional :
- Padi dan Kapas yang mengandung makna kemakmuran dan kesejahteraan seperti pada Pancasila.
- Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika.
- Lambang daerah Gorontalo memiliki nuansa Lokal :
- Bintang adalah lambang keagamaan, sehingga selaras dengan filosofi "Adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah".
- Benteng bermakna masyarakat Gorontalo teguh dan kokoh mempertahankan Harga diri, Martabat, Adat, Agama dan Negara
- Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika.
- Pemaknaan warna dan simbol simbol lainnya dalam lambang
- Simbol rantai yang memberi makna pada peristiwa patriotik :
- Rantai yang berjumlah 23 butir melambangkan tanggal 23 Januari
- Kapas yang berjumlah 19 buah dan padi berjumlah 42 butir melambangkan tahun 1942
- Sayap maleo yang berjumlah 16 helai melambangkan lahirnya Provinsi Gorontalo pada tanggal 16 Februari 2000
- Warna :
- Hijau mempunyai makna kesuburan
- Kuning Mempunyai makna keagungan dan Kemuliaan
- Putih bermakna Kesucian dan Keluhuran
- Merah mempunyai makna keberanian dan perjuangan
Geografi dan Iklim
Letak Geografis
Wilayah Provinsi Gorontalo yang pada zaman
kolonial Belanda dikenal dengan sebutan "Semenanjung Gorontalo"
(Gorontalo Peninsula) terletak pada bagian utara Pulau Sulawesi, tepatnya pada 0° 19′ 00” - 1° 57′ 00” LU
(Lintang Utara) dan 121° 23′ 00” - 125° 14′ 00” BT (Bujur Timur).
Letak Provinsi Gorontalo sangatlah strategis,
karena diapit oleh dua perairan, yaitu Teluk Gorontalo atau yang lebih dikenal dengan nama Teluk Tomini di sebelah Selatan dan Laut Sulawesi di sebelah Utara. Dalam catatan
sejarah maritim Nusantara, Laut Sulawesi menjadi penting karena merupakan jalur
pelayaran dari pulau Sulawesi menuju Filipina yang juga melalui jalur wilayah
perairan Kesultanan Sulu di sebelah Timur dari Negara Malaysia.
Sedangkan Teluk Gorontalo atau Teluk Tomini sejak
dahulu kala menjadi sumber kehidupan penduduk Kerajaan-Kerajaan yang bermukim
di sekitarnya. Teluk ini pun sejak dahulu ramai oleh lalu lintas pelayaran dan
perdagangan, karena menjadi tempat bertemunya Kerajaan yang berada di kawasan
"Tomini-Bocht" (wilayah kawasan Teluk Tomini), Ternate, Buton, bahkan
menjadi jalur masuknya perantau dari Hokkian (Tiongkok) serta dari Jazirah
Arab.
Luas Wilayah
Luas wilayah Provinsi Gorontalo secara keseluruhan
adalah 12.435 km². Jika dibandingkan dengan wilayah Indonesia, luas wilayah
provinsi ini hanya sebesar 0,67 persen.
Topografi
Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagian
besar adalah perbukitan. Oleh karenanya provinsi ini mempunyai banyak gunung
dengan ketinggian yang berbeda-beda. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten
Boalemo merupakan gunung yang tertinggi sedangkan Gunung Litu-Litu yang
terletak di Kabupaten Gorontalo adalah yang terendah.
Di samping mempunyai banyak gunung, Provinsi
Gorontalo juga dilintasi oleh banyak sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai
Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boelemo dengan panjang aliran 99,3 km.
Sedangkan sungai terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km
yang terletak di Kabupaten Gorontalo Utara.
Iklim
Dengan kondisi wilayah Provinsi Gorontalo yang
terletak di dekat garis khatulistiwa, menjadikan daerah ini mempunyai suhu
udara yang cukup panas. Suhu minimum terjadi di bulan September yaitu 22,8°C.
Sedangkan suhu maksimum terjadi di bulan Oktober dengan suhu 33,5°C. Pada tahun
2013 suhu rata-rata berkisar antara 26,2°C sampai dengan 27,6°C.
Provinsi Gorontalo mempunyai kelembaban udara yang
relatif tinggi, rata-rata kelembaban pada tahun 2013 mencapai 86,5% persen.
Sedangkan untuk curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu 307,9 mm
tetapi jumlah hari hujan terbanyak ada pada bulan Juli dan Desember yaitu
sebanyak 24 hari.
Kependudukan
Jumlah penduduk di Provinsi
Gorontalo pada tahun 2013
sebesar 1.097.990 jiwa yang terdiri atas 550.004 jiwa laki-laki dan 547.986
jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Gorontalo tahun 2011 - 2013 mencapai 1,67 persen/tahun. Jumlah penduduk
terbanyak berada di wilayah Kabupaten
Gorontalo dengan penduduk
sebanyak 365.781 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kabupaten
Gorontalo Utara sebanyak
108.324 jiwa.
Tahun
|
||||||||||||||||
Jumlah penduduk
|
490.521
|
600.323
|
715.508
|
830.184
|
855.057
|
881.057
|
896.004
|
909.083
|
941.444
|
960.335
|
972.208
|
983.952
|
1.040.164
|
1.062.561
|
1.080.287
|
1.097.990
|
Kependudukan
Provinsi
Gorontalo
|
Pemerintahan
Kantor Gubernur Gorontalo
Wilayah Administrasi
Provinsi Gorontalo terbagi menjadi lima kabupaten
dan satu kota. Masing-masing wilayah administrasi tersebut terbagi lagi menjadi
beberapa wilayah administrasi di bawahnya, yaitu kecamatan, desa/kelurahan.
Pada tahun 2013, Provinsi Gorontalo terdiri dari 77 kecamatan dan 735
desa/kelurahan.
Kabupaten dan Kota
Pada awal berdirinya Provinsi Gorontalo, daerah
otonom ini hanya terdiri dari 2 kabupaten dan 1 kota. Namun, setelah adanya pemekaran, maka Provinsi Gorontalo kini terdiri
dari 5 kabupaten dan 1 kota, yaitu sebagai berikut :
Dasar Hukum
|
Luas (km2)
|
Persentase
|
||
UU No.50 Tahun 1999
|
1.736,61
|
13,97%
|
||
UU No.6 Tahun 2003
|
1.891,49
|
15,21%
|
||
UU No.29 Tahun 1959
|
2.143,48
|
17,24%
|
||
UU No.11 Tahun 2007
|
2.141,86
|
17,22%
|
||
UU No.6 Tahun 2003
|
4.455,60
|
35,83%
|
||
Gorontalo
|
UU No.38 Tahun 2000
|
65,96
|
0,53%
|
Kecamatan dan Desa/Kelurahan
Wilayah administrasi Provinsi Gorontalo terdiri
atas 77 kecamatan dan 735 desa/kelurahan yang tersebar di semua kabupaten/kota sebagai
berikut.
Kabupaten/Kota
|
Jumlah Kecamatan
|
Jumlah Desa/Kelurahan
|
7
|
86
|
|
18
|
165
|
|
19
|
207
|
|
11
|
123
|
|
13
|
104
|
|
9
|
50
|
|
Total
|
77
|
735
|
Rencana pemekaran daerah otonom baru
Sekarang ini, pemekaran daerah otonom baru (DOB)
di Provinsi
Gorontalo tinggal
menunggu ketukan palu sidang paripurna DPR RI pada akhir bulan Mei 2014. Hal
ini terkait setelah disetujuinya daerah pemekaran baru Kabupaten Panipi,
Kabupaten Boliyohuto dan Kabupaten Gorontalo Barat oleh DPD RI. Disisi lain,
Pemerintah Provinsi juga sedang merencanakan pembentukan daerah otonom baru
yang nantinya akan berstatus sebagai kota madya, yaitu: kecamatan Marisa di kabupaten Pohuwato, kecamatan Anggrek di Kabupaten Gorontalo Utara dan kecamatan Limboto di kabupaten Gorontalo.
Ketiga daerah ini akan diusahakan menjadi daerah
otonom karena memiliki potensi yang besar di Provinsi Gorontalo. Kecamatan Marisa dinilai memiliki kegiatan ekonomi masyarakat yang
maju dan terus berkembang dengan sumber pendapatan pada Hasil Pertambangan.
Sementara itu, Kecamatan Anggrek dinilai layak menjadi Kota dengan adanya
Pelabuhan. Pelabuhan Anggrek sekarang sedang berada pada tahap pengerjaaan
proyek pengembangan pelabuhan sesuai yang direncanakan dalam MP3EI. Pelabuhan
Anggrek dalam perencanaan MP3EI akan menjadi Pelabuhan Nusantara berskala
Internasional. Demi mendukung pengembangan kecamatan Anggrek, Depo Pertamina
yang terletak di Kota Gorontalo sekarang sedang dalam proses pemindahan ke
kawasan Pelabuhan Anggrek. hal ini demi mempercepat arus ditribusi Pertamina
dari yang sebelumnya harus berputar menuju Teluk Tomini, kini dapat langsung
menuju pelabuhan di Laut Sulawesi.
Sedangkan kecamatan Limboto dari aspek historis dan perkembangan memenuhi syarat menjadi Kota Madya
karena selain daerah ini menjadi bagian dari kejayaan Kerajaan kembar
bersaudara Gorontalo-Limboto atau Limboto-Gorontalo yang diikat oleh perjanjian
kekerabatan "Duluwo Limo Lo Pohala'a", wilayah ini juga menjadi pusat
pendidikan dan kebudayaan di Provinsi Gorontalo. Hal ini tentunya akan membuat
ketiga daerah ini sudah sangat layak untuk dijadikan Kota Madya (daerah otonom
baru) di Provinsi Gorontalo.
Jika pembentukan daerah otonom baru terwujud
paling cepat pada tahun 2017 mendatang, maka Provinsi Gorontalo akan terbagi
atas Kota Gorontalo, Kota Limboto, Kota Marisa, Kota Anggrek, Kabupaten
Gorontalo (Ibukota: Isimu), Kabupaten Bone Bolango (Ibukota: Suwawa), Kabupaten
Boalemo (Ibukota: Tilamuta), Kabupaten Pohuwato (Ibukota: Paguat), Kabupaten
Gorontalo Utara (Ibukota: Kwandang), Kabupaten Panipi (Ibukota: Tabongo),
Kabupaten Boliyohuto (Ibukota: Tolangohula) dan Kabupaten Gorontalo Barat
(Ibukota: Lemito). Total nantinya Provinsi Gorontalo akan terbagi dalam 12
wilayah Kota dan Kabupaten.
Pergeseran Ibukota Kabupaten akan terjadi jika
benar adanya pembentukan daerah otonom baru seperti yang telah disebutkan
sebelumnya diatas. Daerah yang mengalami pergeseran Ibukota yaitu Kabupaten
Gorontalo, dimana ibukotanya akan berada di Kecamatan Isimu. Sedangkan ibukota
Kabupaten Pohuwato akan berada di Kecamatan Paguat.
Kepala Daerah
No
|
Foto
|
Nama
|
Mulai Jabatan
|
Akhir Jabatan
|
Keterangan
|
—
|
12 September 2001
|
Pejabat Gubernur, Dilantik oleh Mendagri dan Otonomi Daerah Surjadi
Soedirdja
|
|||
1
|
12 September 2001
|
17 Januari 2007
|
Pasangan Ir. Fadel Muhammad dan Ir. Gusnar Ismail MM
adalah pasangan Gubernur-Wakil Gubernur periode 2001-2006 |
||
17 Januari 2007
|
21 Oktober 2009
|
Pasangan Ir. Fadel Muhammad dan Ir. Gusnar Ismail MM
adalah pasangan Gubernur-Wakil Gubernur periode 2007-2012. Ini merupakan periode ke-2 pasangan ini. |
|||
2
|
26 Oktober 2009
|
16 Januari 2012
|
Diangkat menjadi gubernur karena
Fadel Muhammad diangkat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan RI. |
||
3.
|
16 Januari 2012
|
Petahana
|
Ekonomi

Semenanjung Gorontalo merupakan salah satu jalur
perdagangan di Indonesia sejak zaman dahulu.
Gorontalo sudah menjadi salah satu wilayah yang
menjadi jalur perdagangan di Indonesia sejak zaman dulu. Potret aktivitas perdagangan di pelabuhan Provinsi Gorontalo pada
zaman dulu.

Pelabuhan Gorontalo yang selalu ramai sejak dahulu
Perekonomian di Provinsi
Gorontalo sekarang ini
menjadi salah satu perekonomian yang paling pesat perkembangannya di Indonesia. Sektor pertanian, perikanan dan jasa adalah
sektor yang di andalkan di Provinsi ini karena memiliki kontribusi yang besar
bagi pendapatan asli daerah.
Dalam rangka mewujudkan Provinsi Gorontalo sebagai
Provinsi Agropolitan, maka berbagai upaya terus dilakukan. Pemerintah Provinsi
melakukan berbagai macam program pembangunan, diantaranya melalui perbaikan
infrastruktur sebagai pilar pemacu pembangunan, penyediaan sarana produksi
pertanian, penyediaan dana penjamin, peningkatan SDM pertanian, memperlancar
pemasaran dengan jaminan harga dasar dan lain lain, serta dengan menyusun
berbagai program, seperti:
- Pengembangan tanaman pangan, di versifikasi pangan dan ketahanan pangan daerah;
- Pengembangan agropolitan menuju satu jutaan ton jagung;
- Pengembangan agro bisnis;
- Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan petani melalui pembedayaan masyarakat pertanian.
Dalam mengembangkan potensi dan keanekaragaman
sumber daya alam di Provinsi Gorontalo, terdapat beberapa peluang investasi
untuk dikembangkan, seperti: investasi di bidang agro bisnis (pertanian dan
perkebunan), termasuk juga agro industri (nata de coco, minyak kelapa dan Dubuk
santan) serta di bidang pertambangan (emas, granit, dll.).
Prioritas pengembangan selama lima tahun ke depan
diproyeksikan pada komoditi jagung dengan luas areal produksi jagung tahun 2004
seluas 35.692,450 ha, dengan jumlah produksi sebanyak 323,065 ton dan untuk
jagung louning sendiri telah berhasil di ekspor sebesar 9.148 ton. Dari luas
wilayah Provinsi Gorontalo seluas 1.221.544 ha, untuk areal potensial pertanian
seluas 463.649,09 ha atau 37,95%, tetapi yang baru di manfaatkan seluas
148.312,78 ha (32%) atau masih terdapat peluang pengembangan lahan 315.336,31
ha.
Wilayah Provinsi Gorontalo merupakan daerah
agraris dengan keadaan topografi datar, berbukit-bukit sampai dengan bergunung
sehingga berbagai jenis tanaman pangan dapat tumbuh dengan baik di daerah ini.
Luas lahan kering adalah 215.845,00 ha. Sedangkan rawa-rawa (tegalan) seluas
1.580,00 ha, Luas areal produksi padi pada tahun 2006 yaitu 45.027 ha dengan
jumlah produksi tahun 2006 sebanyak 197.600,94 ton dan mengalami peningkatan
jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang mempunyai luas areal 37.831 ha dengan
jumlah produksi sebanyak 164.168 ton.
Luas areal produksi kedelai pada tahun 2006 adalah
5.217 ha dengan jumlah produksi 6.767,21 ton, mengalami peningkatan jika
dibandingkan pada tahun 2005 yang mempunyai luas areal produksi 2.677 ha dengan
jumlah produksi 3.738 ton. Luas areal produksi kacang tanah pada tahun 2006
adalah 2.825 ha dengan jumlah produksi 3.316,79 ton meningkat jika dibandingkan
pada tahun 2005 yang mempunyai luas areal 4.335 ha dengan jumlah produksi
mencapai 5.371 ton. Luas areal produksi ubi kayu pada tahun 2006 adalah seluas
853 ha dengan jumlah produksi mencapai 9.742,0 ton. Luas areal produksi
Singkong dan umbi-umbian seluas 894,70 dengan jumlah produksi sebanyak 10.041
ton. Luas areal produksi sayur-sayuran pada tahun 2006 adalah 3.674 ha dengan
jumlah produksi mencapai 74,44 ton/ha.
Jika dilihat dari data luas kawasan hutan Provinsi
Gorontalo pada tahun 2004 berdasarkan TGHK (Tata Guna Hutan Kesepakatan), maka
luas kawasan hutan Provinsi Garontalo seluas 826.378,12 ha, yang terdiri dari:
hutan lingdsing seluas 165.488,67 ha, hutan konservasi seluas 20.135,60 ha,
hutan produksi terbatas seluas 342.449,55 ha, dan hutan produksi seluas
100.684,45 ha. Dari seluruh luas hutan tersebut hasil kayu yang di dapat
mencapai total 14.808.000 m³.
Kawasan laut di Provinsi Gorontalo, terutama di
Teluk Gorontalo atau Teluk Tomini, menyimpan banyak potensi alam karena
merupakan satu satu teluk yang dilalui garis khatulistiwa. Perikanan dan
kelautan merupakan sektor unggulan bagi Provinsi Gorontalo yang memiliki garis
pantai yang cukup panjang. Garis pantai wilayah Utara dan Selatan masing masing
memiliki panjang sekitar 270 kilometer dan 320 kilometer. Potensi sumber daya
perikanan di Provinsi Gorontalo berada di tiga perairan, yakni Teluk Tomini
(Teluk Gorontalo), Laut Sulawesi, dan Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) Laut
Sulawesi. Sayangnya, tingkat pemanfaatan perikanan tangkap baru 24,05% atau
19.771 ton per tahun.
Potensi kelautan lainnya yang menjadi unggulan,
yaitu budi daya rumput laut yang didukung program Gerakan Menanam Rumput Laut
(Gemar Laut), sementara pemanfaatan lahannya baru mencapai sekitar 850 ha
dengan produksi 4.250 ton/ha/tahun.
Provinsi Gorontalo memiliki letak geografi yang
strategis untuk perekonomian nasional, kerana memiliki jalur perdagangan yang
langsung berhadapan dengan negara-negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan. Selain itu Provinsi Gorontalo juga merupakan
salah satu daerah yang menjadi pintu masuk jalur perdagangan dari benua Amerika ke negara - negara di Asia Pasifik, seperti Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia. Tidaklah berlebihan jika Pemerintah Pusat menilai bahwa Provinsi
Gorontalo menjadi salah satu tulang punggung penggerak roda ekonomi, pendidikan
dan kebudayaan di Kawasan Timur Indonesia.
Kebudayaan
Simbol Daerah
Seperti halnya daerah lain di Nusantara, Provinsi
Gorontalo pun memiliki simbol pemaknaan harkat dan martabat, baik itu melalui
Hewan ataupun Tumbuhan. Adapun Simbol atau Lambang Khas daerah Gorontalo yaitu:
Burung Maleo



Arsitektur
Ciri khas Suku Gorontalo (Hulontalo) dapat
diidentifikasi melalui desain arsitektur yang masih bisa kita jumpai melalui
dekorasi atap rumah maupun ukiran khas seperti di daerah lain di Indonesia.
kita dapat mengidentifikasi karakter/lambang khas arsitektur Gorontalo melalui:




Lambang/identitas/karakter Suku Gorontalo yang
tercermin dari gaya arsitektur lokal menjadi nilai budaya yang sangat tinggi
dan luhur untuk dilestarikan. Adanya gaya arsitektural yang khas ini akan jauh
lebih baik bila diserap kedalam perencanaan tata bangunan instansi pemerintah
maupun tata bangunan masyarakat agar tidak punah ditelan derasnya gaya arsitektur
minimalis dewasa ini.
Rumah adat
Gobel
Rumah adat Gobel ini berlokasi di [Bone Bolango|Bone Bolango]

Rumah Adat Dulohupa
Dulohupa
Rumah adat Dulohupa merupakan sebuah Rumah Adat
Gorontalo yang berbentuk panggung dengan bentuk atap yang artistik dan
pilar-pilar kayu sebagai hiasannya. kedua tangganya terletak di sisi kiri dan
kanan merupakan gambaran tangga adat di sebut totihu. Dimana Rumah Adat ini
berfungsi sebagai Balai Musyawarah Adat Bandayo Dulohupa. Nama Dulohupa berarti
mufakat untuk memprogramkan rencana pembangunan daerah dan mengatasi setiap
permasalahan. Di dalam Rumah Adat ini digelar perlengkapan upacara adat
perkawinan berupa pelaminan, busana adat pengantin dan hiasan lainnya.
Bantayo Po Boide
Rumah adat Gorontalo yang satu ini bisa dijumpai
berdiri gagah di depan rumah dinas Bupati Gorontalo. Dalam artian harfiah, kata
Bandayo berarti gedung atau juga bisa diartikan sebagai bangunan. Sementara
kata Pomboide atau Po Boide berarti sebagai tempat untuk bermusyawarah. Jadi,
meski merupakan dua bangunan berbeda, namun Doluhapa dan Bandayo Pomboide
memiliki fungsi yang kurang lebih sama. Dahulu, Bandayo Pomboide ini digunakan
sebagai tempat pelaksanaan pagelaran budaya khas Gorontalo. Berbeda dari
Doluhapa, bagian dalam si Bandayo Pomboide ini memiliki banyak sekat sehingga
ada beragam ruangan dengan fungsi yang juga beragam.
Falsafah Hidup
Selain menjadi salah satu suku tertua di
Nusantara, Suku Gorontalo pun menjadi salah satu dari 19 daerah adat di
Nusantara. Oleh karenanya, pasti memiliki kearifan lokal yang luhur. Seperti
peradaban lainnya, Masyarakat Gorontalo memiliki falsafah hidup yang di pegang
erat dan diyakini teguh dalam kehidupan sampai sekarang, diantaranya adalah:





Bahasa daerah
Pada dasarnya terdapat banyak bahasa daerah di
Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah
ini, yaitu Bahasa
Gorontalo, Bahasa Suwawa
(disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa Andagile). Dalam
proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan sehingga menjadi lebih
dikenal oleh masyarakat di seantero Gorontalo. Saat ini Bahasa Gorontalo telah
dipengaruhi oleh Bahasa
Indonesia dan Bahasa
Melayu Manado, sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh dalam
penuturan Orang Gorontalo.
Demi menjaga kelestarian bahasa daerah, maka
diterbitkanlah Kamus Bahasa Gorontalo-Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa
Suwawa-Bahasa Indonesia serta Kamus Bahasa Atinggola-Bahasa Indonesia. Selain
itu, telah berhasil diterbitkan dan disetujui oleh Kementerian Agama Republik
Indonesia perihal penerbitan Al-Qur'an yang dilengkapi terjemahan bahasa
Gorontalo (Al-Qur'an terjemahan Hulontalo). Disamping itu, pendidikan muatan
lokal Bahasa Gorontalo masih terus dipertahankan untuk dijadikan bahan ajar di
Sekolah Dasar. Meskipun Catatan Buku Tua Gorontalo yang ada di masyarakat
sepenuhnya ditulis menggunakan Aksara Arab Pegon (Aksara Arab Gundul) akibat
dari afiliasi agama Islam dengan Adat Istiadat, Gorontalo sebenarnya memiliki
aksara lokal sebagai identitas kesukuan yang sangat tinggi nilainya, yaitu
"Aksara Suwawa-Gorontalo".
Adapun contoh penggunaan bahasa daerah dalam
kehidupan sehari-hari yang harus tetap dilestarikan:





Kerajinan Tangan
Setiap daerah pasti memiliki ciri khasnya
masing-masing. begitu pula dengan jazirah semenanjung Gorontalo. Masyarakat Gorontalo
memiliki ciri khas "sandang" atau pakaian bersama aksesoris yang
melengkapinya. Adapun kerajinan tangan khas masyarakat Gorontalo yaitu:
- Upiya Karanji atau Songkok Gorontalo, songkok ini terbuat dari anyaman rotan dan sangat nyaman digunakan karena memiliki sirkulasi udara yang sangat baik. Presiden RI ke-4, Bapak Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gusdur pun setia menggunakan Songkok Gorontalo ini.
- Sulaman Karawo atau Sulaman Kerawang, Sulaman khas Gorontalo ini menjadi kekayaan budaya tersendiri dan bernilai seni tinggi. Kini sulaman Karawo tidak hanya diminati di dalam negeri namun juga di luar negeri.
- Batik Gorontalo, Batik Gorontalo pada dasarnya sama dengan Batik pada umumnya, yang membedakannya hanya pada motif atau corak yang dimuat pada kain batik itu sendiri.

songkok Gorontalo
Senjata tradisional




Pakaian Adat


Makanan Khas





Alat Musik Tradisional


Tradisi


Tarian Adat








Oleh - oleh



Suku


Olahraga



Pariwisata
Provinsi Gorontalo sebagian besar terdiri dari
daerah pegunungan yang membentang dari utara ke selatan provinsi ini. Panorama
Pegunungan Gorontalo sangat menakjubkan. Gunung-gunung dan hutan adalah
rumah-rumah bagi flora dan fauna unik. Anoa, tarsius, burung maleo, dan babi
rusa adalah salah satu spesies langka yang dapat Anda ditemukan di sini. Maleo,
misalnya, adalah spesies burung yang telurnya lebih besar dari tubuhnya
sendiri. Sementara Tarsius adalah primata terkecil di dunia, tetapi memiliki panjang
sekitar 10 cm. Di hutan Gorontalo terdapat pohon ebony, lingua, nantu, meranti,
dan rotan. Di bagian selatan laut Gorontalo, yaitu di Teluk Tomini, ada
beberapa pulau kecil yang tersebar. Pulau-pulau belum berpenghuni dan pasir
putih sangat indah mengelilingi. Teluk Tomini dilintasi oleh garis khatulistiwa
dan secara alami ditinggali oleh beragam jenis hewan laut. Karena itu, Teluk
Tomini adalah surga bagi para penyelam.
Kolam Renang Potanga

Benteng Otanaha
Benteng Otanaha
Di masa lalu ini berupa peninggalan bekas
penjajahan portugis. Benteng Otanaha, digunakan para Raja Gorontalo ini sebagai tempat
perlindungan dan pertahanan. Keunikan benteng terlihat adalah material yang
digunakan untuk membangun benteng campuran pasir, plester, dan putih telur
Maleo. Pemandangan Danau Limboto dapat dilihat jelas dari sini, karena letaknya
di atas dataran tinggi. Tepatnya, di Dembe I, Kota Barat, sekitar 8 km dari
pusat kota Gorontalo. Ada dua benteng lagi yang terletak di daerah yang sama,
yaitu Otahiya dan Istana Ulupahu. Pengunjung harus melewati 345 anak tangga untuk
mencapainya.
Monumen Nani Wartabone

Masjid Hunto Sultan Amai
.jpg)
Pasir Putih Leato

Pasir Putih Leato memiliki pantai berpasir putih
yang akan memberikan kesan meyegarkan untuk Anda. Di sini Anda pun dapat
melihat langsung proses perbaikan perahu kayu dengan cara tradisional.
Kehidupan bawah air di tempat ini cukup menarik. Karang-karang yang indah, dan
kapal ikan yang unik telah menjadi daya tarik bagi para penyelam. Pantai ini
terletak di Leato Utara, sekitar 12 km dari pusat kota.
Danau Limboto

Menara Keagungan / Pakaya Tower

Menara Keagungan Limboto
Menara Keagungan merupakan sebuah menara dengan
ketinggian 60 meter. Pada bagian atas menara ini terdapat teleskop untuk
gunakan menjelajahi pemandangan yang indah dari Danau Limboto. Di dalam menara
ini Anda bisa melihat banyak cendera mata yang ditampilkan dan beberapa
restoran.
Pemandian Air Panas Alami Lombongo
.jpg)
Tangga 2000 dan Jejak Kaki Lahilote
.jpg)
Air Terjun Ayuhulalo
.jpg)
Pantai Indah Boalemo
Pantai Indah Boalemo memiliki pantai pasir putih
dengan air yang tenang dan jernih. Di sini Anda dapat merasa nyaman dan rileks,
berenang, berperahu, atau menyelam. Di sepanjang pantai, terdapat kelapa dan
pohon pinus. Selain itu, panati ini memiliki beberapa resort mewah.
Taman Laut Bitilia
Taman Laut Bitilia memiliki beberapa tempat
menyelam dengan pemandangan bawah laut yang luar biasa indah. Tempat ini hanya
15 menit dari Pantai Boalemo Indah.
Pantai Bolihutuo
.jpg)
Desa Suku Bajo
.jpg)
Pusat Kerawang
Pusat industri kerajinan kerawang (Karawo) adalah
salah satu tempat penghasil kain kerajinan tradisional Gorontalo yang indah.
Pemakaman Suci Ju Panggola
.jpg)
Rumah Adat Gorontalo
Rumah Adat Gorontalo merupakan rumah tradisional
terletak di pusat sub-distrik Limboto, Gorontalo. Secara harafiah “Bantayo”
berarti bangunan dan “Poboide” berarti tempat pertemuan. Bantayo Poboide
diambil selain sebagai budaya Gorontalo yang juga berfungsi sebagai tempat
untuk kegiatan seni dan budaya Gorontalo. Bantayo Poboide memiliki banyak
ruangan dan setiap ruangan memiliki fungsi yang berbeda. Ornamen yang di
dinding menyimbolkan setiap segi aktifitas penghuninya.
Rumah Adat Dulohupa, dan
Rumah Adat Gobel
Pantai Olele
Pantai ini merupakan pintu masuk ke surga bawah
laut. Kehidupan bawah laut yang indah dan menakjubkan ini telah dikenal
penyelam dari seluruh dunia.
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
Kawasan Cagar Alam Panua / Burung Maleo
Kawasan Hutan Lindung Mangrove
Kawasan Hutan Lindung Nantu
Kawasan Cagar Alam Otangale
Air Terjun Taludaa
Panorama Alam Sungai Bone / Jembatan Talumolo II
Panorama Alam Jembatan Soeharto Tilamuta, Boalemo
Panorama Alam Gunung Tilongkabila
Kawasan Cagar Alam Pulau Mas , Pulau Popaya dan
Pulau Raja
Benteng Oranye Kwandang peninggalan bekas penjajahan portugis
Sumur Bor peninggalan bekas penjajahan portugis
Danau Perintis
Air Terjun Lombongo
Pantai Kelapa Dua dan Pohon Cinta
Masjid Jami' Baiturrahim
Pentadio Resort
Lokasi Pendaratan Presiden Pertama Soekarno
Pacuan Karapan Sapi dan Lapangan Golf Yosonegoro
Pantai Monano Kwandang
Pulau Saronde
Pulau Huha
Pantai Logpon
Torosiaje / Perkampungan Buku Bajo dengan cerita manusia air / manusia lumut
Pantai Molotabu
Pantai Botutonuo
Taman Laut Olele
Puncak Botu
Puncak Meranti
Makam Auliya Male Ta' Illayabe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar